
BANDUNG, JAWA BARAT Sabtu (23/1/2024) – Ikatan Alumni Geologi Institut Teknologi Banding (IAGL-ITB), mendorong keterlibatan pada sektor eksplorasi dan pengembangan sumber daya alam di hulu dalam rangka mendukung pemerintah memperkuat sektor Migas dan Minerba.
Pada Seminar Nasional dan Sarasehan, bertajuk Astacita sebagai tonggak untuk Kedaulatan Energi dan Masa depan di Sabuga ITB, Ketua IAGL-ITB Abdul Bari mengatakan keterlibatan ITB dalam sektor eksplorasi ini. “Ada sumbangsih tenaga-tenaga dari ITB, khususnya untuk sektor eksplorasi dan juga pengembangan sumber daya alam di hulu. Harapannya dari kami adalah tenaga-tenaga eksplorasi dari ITB bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas negara dan dalam pengembangan sumber daya alam,” ungkapnya.
Bari mengatakan seminar dan sarasehan ini bentuk komitmen dan dukungan terhadap pemerintah untuk mewujudkan kemandirian energi dan minerba. Undang beberapa tokoh sebagai pembicara, kegiatan ini membedah berbagai kendala hingga rekomendasi di sektor pertambangan.

Menurut Bari, beberapa kendala pada sektor pertambangan dan energi yang akan dibedah oleh IAGL-ITB menyangkut kebijakan yang masih tumpang tindih serta belum mendukung masuknya investasi secara optimal, hingga tata kelola bidang energi dan minerba yang belum mendorong terciptanya multiplier effect. Perizinan yang kompleks juga menjadi salah satu penghambat percepatan eksplorasi serta acapkali tumpang tindih dengan sektor lain seperti kehutanan dan perkebunan. Persoalan lainnya juga berada pada keterbatasan data geologi , akses wilayah, keamanan dan konflik sosial, volatilitas harga komoditas dan kenaikan hiaya produksi , serta pengelolaan lingkungan.
Wakil Direktur Utama MIND.ID, Dany Amrul Ichdan di acara yang sama turut menekankan pentingnya peran alumni dan civitas akademik dalam mewujudkan visi besar kemandirian yang dicanangkan Presiden Prabowo.
“Akademisi itu adalah sumber RnD (research and development) yang kuat. Kampus harus kita jadikan sebagai center of excellent di dalam kekuatan RnD. Kalau kita bayar konsultan mesin misalny, mahal. Kenapa gak kita optimalkan peranan kampus?” ungkapnya.
Dany mengingatkan, kampus harus terus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dengan berbagai update, baik teknologi, SDM, dosen-dosennya. Akademisi dikemukakannya juga harus memahami tataran korporasi dan tataran industri.
“Link and match kampus dan tataran industry musti kuat. Oleh karenanya kampus itu harus kita jadikan sebagai rantai center of exelence untuk penguatan RnD korporasi,” pesannya.
Berikan Benefit BUMN dan BUMS
Dany menuturkan saat ini Indonesia masih banyak bergantung dari pihak luar. Keseriusan pemerintah ditunjukkan oleh presiden dengan berkali-kali mengeluarkan pernyataan yang menekankan kemandirian.
Visi besar presiden mengenai kemandirian untuk memperkuat bargaining position kita. SDM kita harus bagus, penguasaan teknologi kita harus belajar lebih intensif lagi, ilmu pertambangan baru harus kita perkuat. Di samping itu, juga kita harus menstimulus kementerian tehnis yang lain, perindustrian, ESDM, keuangan, perdagangan untuk memperkuat industrialisasi.
Hal lain yang juga disorot Dany yaitu. memberi masukan kepada regulator agar stimulasi-stimulasi diberikan betul-betul memberikan benefit, baik kepada BUMN maupun BUMS yang fokus dalam pengembangan sumber daya alam.
“Semua harus terorkestrasi dengan baik. BUMN menggerakkan orkestrasi baik dari BUMN secara korporasi, rantai suplai, rantai pasok. Dan juga regulatornya ni perlu harmoni antar lembaga untuk mewujudkan visi besar dari pemerintah,” tandasnya.
Sementara, Raden Sukhyar, Komisaris Independen PT. Vale Indonesia menyampaikan, yang terpenting bagi pihak swasta adalah bagaimana pemerintah memberi fasilitasi dengan cepat, kemudahan sampai perizinan dan lain sebagainya.
“Itu harus menjadi fokus Indonesia saat ini,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya update kemampuan SDM.
“Teman-teman geologi, pertambangan, harus memperkuat, bukan hanya mencari tapi menciptakan teknologi yang baru di dalam eksplorasi. Kedua, dalam konteks hilirisasi sendiri kita harus memperkuat link antara kementerian atau sektor-sektor yang menghasilkan energi dengan sektor manufaktur. Sinergi itu jadi penting,” ucapnya. (*)